TelaahMetafora dalam Kumpulan Puisi Karya D. Zawawi Imron Oleh: Ana Syarifatul Aini ( 06340039 ) Indonesian Language Dibuat: 2010-08-31 , dengan 7 file(s). Keywords: Kata kunci: sastra, puisi, metafora ABSTRAKSI Puisi merupakan salah satu genre sastra yang paling padat dengan makna setiap kata, frase,
Zawawiimron pendekatan secara analisis struktur batin (struktur abstrak) dari sajak ibu karya d. Ba
Novelwanita itu adalah Ibu Karya Sari Siregar telaah struktur naratif: Kumpulan sajak derap tasbih karya D. Zawawi Imron sebuah analisis struktural-semiotik: 1989: 1994/1995: 20/10/2000: 0463/SAS/2000 Gambaran sosial budaya masyarakat Bugis-Makassar dalam kumpulan puisi berlayar di pamor badik karya D. Zawawi Imron: 1992: 2000/2001: 30
TujuanMelakukan identifikasi unsur-unsur karya sastra melalui kegiatan analisis contoh dan diskusi Alat dan Bahan 1. Uraian materi dan PowerPoint 2. Buku sumber (lihat daftar pustaka) Langkah Kegiatan 1. Pilihlah sebuah puisi atau cerpen atau naskah drama untuk dianalisis dan didiskusikan unsur-unsur intrinsiknya.
analisispuisi anak yang dimuat dalam majalah bobo tahun 2001. karya d. zawawi imron; kajian sintagmatik dan paradigmatik novel ”nyali” karya putu wijaya; kemampuan mengapresiasi puisi ”surat dari ibu” karya asrul sari siswa kelas ii sltp n 5 cepu 2001/2002.
Vay Tiền Online Chuyển Khoản Ngay. Batin 1. Suasana Haru 2. Tema Kecintaan seorang ibu akan anaknya. 3. Nada Penghimbau, mengingatkan kepada kita pembaca agar tidak melupakan ibu, dan tahu betapa banyaknya jasa yang telah diberikan ibu ke kita. 4. Amanat Ibu adalah seorang yang sangat berjasa di kehidupan kita dengan segala hal yang diberikan olehnya, dan bagaimana seorang anak yang telah hidup berpisah dari ibunya harus tetap mengingat dan berbakti kepada orang tuanya. B. Unsur-unsur batin tersebut dapat dibuktikan dengan unsur-unsur fisik sebagai berikut 1 Diksi a. Kemarau Ø Berarti kekeringan; gagal panen; bencana b. Hanya mata air air matamu ibu Ø Sang ibu menangis; karena kesusahan saat kemarau tiba. c. Mayang siwalan Ø Kerinduan; kenangan indah d. Gua pertapaanku Ø Dalam kandungan/rahim; tempat berlindung; tempat bernaung; mencari petunjuk. e. Berlayar Ø Menghadapi kehidupan f. Pahlawan Ø Sosok yang berjasa besar g. Samudra Ø Sangat luas h. Lautan teduh Ø Samudra pasifik; samudra terluas i. Angin sakal Ø Masalah; cobaan; hambatan j. Bianglala Ø Pelangi; indah k. Langit biru Ø Indah 2 Kata konkret a. Sumur-sumur kering Dedaunan pun gugur bersama reranting Ø Kemarau; kekeringan; gersang; tandus b. Sedap kopyor susumu Dan ronta kenakalanmu Ø Mengingat tentang masa kehidupan c. Ibu adalah gua pertapaanku Ø tempat mencari petunjuk kehidupan d. Kasihmu ibarat samudra, sempit lautan teduh Ø Kasih ibu sangatlah luas; besar e. Mencuci lumut pada diri Ø Membersihkan diri dari kesalahan; dosa f. Tempatku berlayar, menebar pukat & melempar tanah Ø Tempat mencari penghidupanku g. Bila aku berlayar lalu datang angin sakal Ø Jika dalam mengahadapi hidup diterpa cobaan 3 Imaji a. Pendengaran - b. Penglihatan Daunan pun gugur bersama reranting Hanya mata air air mata mu ibu Saat bunga kembang Menunjuk ke langit, kemudian ke bumi - d. Penciuman Semerbak bau sayang e. Perasaan Di hati ada mayang siwalan Memutikkan sari-sari kerinduan f. Perasa Ø Sedap kopyor susumu 4 Majas a. Ibu adalah gua pertapaanku Ø Metafora b. Kasihmu ibarat samudra Ø Simile c. Bidadari berselendang bianglala Ø Metaofra d. Menulis langit biru Ø Metafora 5 Rima Banyak menggunakan akhiran dengan vokal dari yang tersering “u”, “a” dan “i” Ø Vokal lumayan berat kesedihan sekaligus kegembiraan dan kental akan rasa haru 6 Tipografi a. Penggunaan tanda baca 1. Koma Ø Pemenggalan kata 2. Titik Ø Mengakhiri kalimat b. Penggunaan huruf kapital 1. Di awal puisi 2. Untuk mengawali kata “Tuhan”
Analisis Puisi “ IBU” Karya D. Zawawi Imron “ IBU” Karya D. Zawawi Imron Kalau aku merantau lalu datang musim kemarau Sumur-sumur kering, daunan pun gugur bersama reranting Hanya mata air air matamu ibu, yang tetap lancar mengalir Bila aku merantau Sedap kopyor susumu dan ronta kenakalanku Di hati ada mayang siwalan memutikkan sari-sari kerinduan Lantaran hutangku padamu tak kuasa kubayar Ibu adalah gua pertapaanku Dan ibulah yang meletakkan aku di sini Saat bunga kembang menyerbak bau sayang Ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi Aku mengangguk meskipun kurang mengerti Bila kasihmu ibarat samudera Sempit lautan teduh Tempatku mandi, mencuci lumut pada diri Tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh Lokan-lokan, mutiara dan kembaang laut semua bagiku Kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan Namamu, ibu, yang kan kusebut paling dahulu Lantaran aku tahu Engkau ibu dan aku anakmu Bilaa berlayar lalu datang angin sakal Tuhan yang ibu tunjukkan telah kukenal Ibulah itu bidadari yang berselendang bianglala Sesekali datang padaku Menyuruhku menulis langit biru Dengan sajakku Puisi IBU’karya Imron menggunakan sarana retorik repetisi atau pengulangan untuk mengemukakan gagasannya terhadap sosok ibu /Bila aku merantau/Bila kasihmu ibarat samudera/Bila berlayar lalu datang angin sakal/hal itu menggambarkan BILA’ atau jika si Aku menghadapi sesuatu, atau mengibaratkan sesuatu yang menegaskan sosok si ’ibu’. Tidak hanya sarana reptisi saja, namun Imron juga menggunakan majas Hiperbola, seperti/Hanya mata air air matamu ibu, yang tetap lancar mengalir/Menyuruhku menulis langit biru/ Ibulah itu bidadari yang berselendang bianglala/hiperbola adalah sesuatu yang dilebih-lebihkan air mata manusia memiliki batasan, manusia tidak dapat menulis di langit biru, dan bianglala adalah pelangi, penulis melebihkan penggambaran terhadap ibunya yang berselendang pelangi sebagai bentuk kekagumannya terhadap sosok Ibu. Penggunaan diksi dalam puisi ibu’ simile/ Bila kasihmu ibarat samudera/mengibaratkan sesuatu, puisi tersebut juga banyak menggunakan konotasi bukan sebenarnya /Sedap kopyor susumu dan ronta kenakalanku/Di hati ada mayang siwalan memutikkan sari-sari kerinduan/Ibu adalah gua pertapaanku / itu bukanlah makna yang sebenarnya, seperti contoh; gua pertapaan bukan berarti gua yang terbuat dari batu untuk bertapa namun perumpamaan Gua sebagai tempat yang tenang untuk penulis kembali;tempat bernaung;tempat berlindung/ Bila berlayar lalu datang angin sakal/ artinya bila dia menjalani kehidupan lalu datanglah masalah/ Saat bunga kembang menyerbak bau sayang/ kasih sayang seorang ibu/ Tempatku mandi, mencuci lumut pada diri/tempat dimana seorang anak mencari petunjuk;nasihat;dan merenungi kesalahannya. Imaji yang digunakan Puisi Ibu, imaji perasa/ Sedap kopyor susumu dan ronta kenakalanku/ imaji penglihatan Sumur-sumur kering, daunan pun gugur bersama reranting/Hanya mata air air matamu ibu, yang tetap lancar mengalir/Saat bunga kembang menyerbak bau sayang/Ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi. Imaji penciuman / Saat bunga kembang menyerbak bau sayang. Imaji perasaan/ Di hati ada mayang siwalan memutikkan sari-sari kerinduan/ Puisi Ibu menggambarkan rasa kagum seorang anak terhadap sosok Ibunya, hingga penulis banyak menggunakan perumpamaan yang indah untuk sang Ibu.
Puisi Ibu Karya D. Zawawi Imron Ibu Kalau aku merantau lalu datang musim kemarau sumur-sumur kering, daunan pun gugur bersama reranting hanya mata air air matamu ibu, yang tetap lancar mengalir. Bila aku merantau sedap kopyor susumu dan ronta kenakalanku di hati ada mayang siwalan memutikkan sari-sari kerinduan lantaran hutangku padamu tak kuasa kubayar Ibu adalah gua pertapaanku dan ibulah yang meletakkan aku di sini saat bunga kembang menyemerbak bau sayang ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi aku mengangguk meskipun kurang mengerti Bila kasihmu ibarat samudera sempit lautan teduh tempatku mandi, mencuci lumut pada diri tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh lokan-lokan, mutiara dan kembang laut semua bagiku kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan namamu, ibu, yang kan kusebut paling dahulu lantaran aku tahu engkau ibu dan aku anakmu. Bila aku berlayar lalu datang angin sakal Tuhan yang ibu tunjukkan telah kukenal Ibulah itu bidadari yang berselendang bianglala sesekali datang padaku menyuruhku menulis langit biru dengan sajakku. 1966Sumber Bantalku Ombak Selimutku Angin 1996Analisis PuisiBerikut adalah beberapa hal menarik dari puisi "Ibu" karya D. Zawawi ImronCinta dan kekaguman terhadap ibu Puisi ini mengekspresikan rasa cinta, rindu, dan penghargaan penyair terhadap ibunya. Penyair menggambarkan kebaikan dan kasih sayang ibunya melalui metafora seperti mata air air matamu yang tetap mengalir dan sedap kopyor ibu dalam hidup penyair Puisi ini menggambarkan ibu sebagai tempat perlindungan, dukungan, dan pengaruh yang kuat dalam hidup penyair. Ibu dipandang sebagai gua pertapaan yang memberikan arahan dan meletakkan penyair di tempat yang sebagai sumber inspirasi Penyair menggambarkan ibu sebagai bidadari yang menginspirasi kreativitas dan penulisan puisi. Ibu menjadi sumber keindahan dan motivasi bagi penyair untuk menulis tentang langit samudera Kasih sayang ibu digambarkan sebagai samudera yang luas dan dalam. Ini mencerminkan kehangatan, kelembutan, dan keluasan cinta ibu terhadap kepada ibu Puisi ini menunjukkan penghormatan dan pengakuan penyair terhadap peran ibu dalam hidupnya. Ibu menjadi contoh seorang pahlawan dan mendapatkan tempat yang istimewa dalam hati ini menarik karena menyampaikan rasa cinta dan rindu yang mendalam terhadap ibu. Penyair dengan indah menggambarkan peran ibu sebagai sumber kebaikan, perlindungan, dan inspirasi dalam hidupnya. Puisi ini juga mengungkapkan pengakuan penyair terhadap kebijaksanaan dan panduan yang diberikan oleh IbuKarya D. Zawawi ImronD. Zawawi Imron lahir pada tanggal 1 Januari 1945 di desa Batang-batang, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.
Tentang Puisi dan Penulis Zawawi Imron lahir di desa Batang-batang, Sumenep, di bagian ujung pulau Madura pada tahun 1945, dan dia tidak mengetahui tanggal dan bulan kelahirannya. Beberapa karya besarnya antara lain Semerbak Mayang 1977, Madura Akulah Lautmu 1978, Celurit Emas 1980, Bulan Tertusuk Ilalang 1982, Nenek Moyangku Airmata 1985, Berlayar di Pamor Badik 1994, Bantalku Ombak Selimutku Angin 1996, Lautmu Tak Habis Gelombang1996, Madura Akulah Darahmu 1999, dan Kujilat Manis Empedu 2003. Beberapa sajaknya telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris, Belanda dan Bulgaria. Puisi Ibu ini bercerita mengenai seorang anak yang menyatakan cinta dan kasih sayangnya kepada ibunya. Di dalam puisi anak tersebut menyadari betapa dia merindukan Ibunya, betapa besar kasih sayang diberikan Ibunya kepadanya dan keinginan dari anak tersebut yang timbul untuk memberikan bakti yang terbaik bagi Ibunya. Ringkasan Puisi Ibu Karya D. Zawawi Imron Puisi tidak memiliki keterangan tempat dan waktu yang jelas di dalam puisi ini, tetapi yang jelas adalah puisi ini menceritakan seseorang yang sedang pergi merantau dan merindukan Ibunya. Orang ini bercerita apabila dia sedang pergi merntau dan datang musim kemarau yang membuat segalanya mengering, seperti sumur-sumur, dedaunan dan ranting-ranting pohon, dia teringat kepada Ibunya yang air matanya tidak pernah berhenti mengalir untuknya. Dan jika dia sedang merantau, dia akan teringat bagaimana enaknya kopyor susu yang dibuat oleh Ibunya dan betapa nakalnya dia kepada Ibunya yang menandakan bagaimana rindunya dia kepada Ibunya dan dia juga teringat bagaimana dia belum bisa membalas budi kepada Ibunya yang telah merawatnya sejak kecil sampai dia cukup besar untuk hidup sendiri. Dia sangat menghormati Ibunya dengan sepenuh hati, dan dia menyadari bahwa Ibunya yang melahirkannya dan membuatnya dapat berada dimana dia sekarang, dia teringat Ibunya dulu melahirkannya dan membesarkannya dengan kasih sayang yang sangat terbatas untuknya sehingga dia bisa seperti sekarang ini. Ibu mengajarkannya berbagai hal sejak kecil, mengajarkannya tentang apa yang ada di langit, apa yang ada di bumi, meskipun dia tidak terlalu mengerti akan hal itu tetapi dia hanya mengangguk seakan-akan dia paham apa yang diajarkan oleh Ibunya. Dia memikirkan betapa besar kasih sayang Ibunya yang diberikan kepadanya, yang jika dibandingkan dengan lautan, maka lautan akan terlihat kecil dan tidak berarti dibandingkan dengan kasih sayang Ibu terhadapnya. Dan dengan kasih sayang Ibunya merawatnya, memandikannya, mengajarinya untuk menjadi dewasa agar dapat bekerja dan mendapatkan hal-hal yang membahagiakannya. Dan jika dia mengikuti ujian, dan ada pertanyaan mengenai siapa pahlawan yang sangat dia kenal, maka pasti dia akan selalu menjawab Ibunya. Dia mengetahui bahwa dia adalah anak dari Ibunya, dan Ibunya mengajarinya untuk beribadah kepada tuhan yang akan menjadi tempatnya mengadu ketika Ibunya tidak ada dan dia sedang memiliki masalah. Ibunya adalah makhluk terindah dan tersuci yang pernah dia temui yang pernah datang kepadanya dan menyuruhnya untuk membuat hal-hal yang baik dan berguna di dunia ini agar dapat membuat Ibunya bangga melihat anaknya dapat bahagia dan menjadi apa yang dia damba-dambakan. Analisis Singkat Puisi Ibu Karya D. Zawawi Imron Puisi ini mempunyai makna mengenai bagaimana Ibu adalah seorang yang sangat berjasa di kehidupan kita dengan segala hal yang diberikan olehnya dan bagaimana seorang anak yang telah hidup berpisah dari Ibunya harus tetap mengingat dan berbakti kepada orang tuanya sebelum Ibunya tidak ada di dunia ini dan dia akan merasa penyesalan. Zawawi Imron menulis puisi ini dengan membuat puisi ini berkembang dari awalnya yang terlihat bahwa tokoh utama di dalam puisi ini sangat merindukan Ibunya, sampai di akhir-akhir bagaimana anak ini ingin sekali membalas budi dan sangat merindukan Ibunya, dengan segala kenangan masa kecilnya yang dilalui bersama Ibunya. Zawawi ingin melampiaskan dan memberitahu kepada orang-orang betapa berjasanya Ibu kita dalam kehidupan kita karena Ibu telah melahirkan kita, mengajarkan kita banyak hal, melindungi kita dari bahaya, mengurus kita dengan sabar dan dengan kasih sayang menasehati kita agar kita menjadi orang yang sukses di masa depan, dan hanya hal itulah yang diinginkan oleh seorang Ibu untuk melihat anaknya tumbuh dewasa menjadi orang yang sukses, bahagia, dan berguna bagi dirinya dan orang lain dan tidak melupakan siapa yang membuatnya berada di posisi tersebut, hanya dengan mengunjunginya. Zawawi menulis puisi ini dengan gaya penulisan yang penuh dengan kata kiasan dan juga dengan baris yang banyak, membuat puisi ini agak susah untuk dipahami dan terkadang satu baris tidak memiliki artinya sendiri, dan harus digabung dengan baris sebelum atau sesudahnya agar terliha maksud sebenarnya dari baris tersebut. Gaya Bahasa Puisi Ibu Karya D. Zawawi Imron Sudut Pandang Sudut pandang yang digunakan di puisi ini adalah sudut pandang dari orang pertama yang mana ditunjukkan dengan penggunaan kata aku, yang merujuk kepada sang anak yang menarasikan puisi ini untuk mengungkapkan bagaimana besarnya rasa cintanya kepada Ibunya yang telah merawatnya sejak masih kecil. Rima Baris pertama mutlak hanya menggunakan vocal U sebagai tengah dan rima akhir. Pada baris kedua terjadi bunyi /r/ dan bunyi /ng/ sebagai rima tengah dan rima akhir yang disebut bunyi asonasi. Bait kedua ini adanya persamaan dominasi persamaan bunyi vocal /u/ sebagai rima tengah dan rima akhir yang disebut bunyi asonasi, dan persamaan bunyi konsonan /n/ pada baris ke tiga dan empat sehingga disebut rima akhir bersifat aliterasi. Bait ketiga terdiri dari lima baris yang menghadirkan kombinasi bunyi-bunyi vocal asonasi sebagai rima tengah dan rima akhir yang didominasi oleh vocal /u/ bentuk rima akhir berbentuk aliterasi dengan konsonan /k/ dan bunyi sangau /ng/. suasana yang ada timbul bunyi efoni. Gambaran perasaan yang teramat bait ke empat terdiri dari 9 baris, setiap akhir baris tampak rima asonansi dengan bunyi vocal /u/a/i/ lalu persamaan bunyi konsonan /n/, serta bunyi asfiran /h/ . Pada bait kelima ini dominan akhir barisnya didominasi oleh konsonan /l/n/ , /n/ sebagai rima tengah dan /l/ sebagai rima akhir. Mengungkapkan kasih dan rasa syukur kepada yang kuasa. Pada bait terakhir atau bait keenam ini hanya ada bunyi vocal /u/ yang sangat mendominasi pada bait akhir ini. Pada bait ini mengisyaratkan kepuasan, kebanggaan, sanjungan kebahagiaan. Majas Metafora Metafora di dalam puisi Ibu terdapat di kata bidadari yang berselendang bidadari yang mempunyai metafor yakni seorang anak yang mengibaraktan ibunya seperti wanita cantik yang penuh warna pelangi dalam hidupnya. Gua pertapaanku juga merupakan metafor yang menyiratkan makna tempat tokoh aku di dalam puisi ini sedang berada di dalam kandungan dan akan terlahir ke dunia nyata. Keywords – Analisis Puisi Ibu Karya D. Zawawi Imron Whether you’re aiming to learn some new marketable skills or just want to explore a topic, online learning platforms are a great solution for learning on your own schedule. You can also complete courses quickly and save money choosing virtual classes over in-person ones. In fact, individuals learn 40% faster on digital platforms compared to in-person learning. Some online learning platforms provide certifications, while others are designed to simply grow your skills in your personal and professional life. Including Masterclass and Coursera, here are our recommendations for the best online learning platforms you can sign up for today. The 7 Best Online Learning Platforms of 2022 Best Overall Coursera Best for Niche Topics Udemy Best for Creative Fields Skillshare Best for Celebrity Lessons MasterClass Best for STEM EdX Best for Career Building Udacity Best for Data Learning Pluralsight
M`goigiheses Tuese F`rbuluh Efu Airyi Riwiwe Emrcg l`goig T`gl`aitig Ztruaturih” Efu aihiu iau m`rigtiu hihu litigo musem a`miriu sumur-sumur a`rego, liugig pug ouour f`rsimi r`rigtego kigyi miti ier ier mitimu efu, yigo t`tip higjir m`goiher fehi iau m`rigtiu s`lip acpycr susumu lig rcgti a`giaihigau le kite ili miyigo sewihig m`muteaaig sire-sire a`regluig higtirig kutigoau pilimu tia auisi aufiyir efu ilihik oui p`rtipiigau lig efuhik yigo m`h`tiaaig iau le sege siit fugoi a`mfigo m`gy`m`rfia fiu siyigo efu m`gugbua a` higoet, a`muleig a` fume iau m`goigooua m`saepug aurigo m`go`rte fehi aisekmu efirit simul`ri s`mpet hiutig t`luk t`mpitau migle, m`gjuje humut pili lere t`mpitau f`rhiyir, m`g`fir puait lig m`h`mpir siuk hcaig-hcaig, muteiri lig a`mfigo hiut s`mui fioeau aihiu iau eaut ubeig hihu letigyi t`gtigo pikhiwig gimimu, efu, yigo aus`fut pihego likuhu higtirig iau tiku `goaiu efu lig iau igiamu fehi iau f`rhiyir hihu litigo igoeg siaih \ukig yigo efu tugbuaaig t`hik aua`gih efuhik etu felilire yigo f`rs`h`gligo feigohihi s`s`aihe litigo piliau m`gyurukau, m`guhes higoet feru l`goig sibiaau. T`miagiig Tuese Tuese Efu” airyi Riwiwe Emrcg m`migniitaig f`f`ripi jetriig itiu emibe ugtua m`goouooik p`risiig miupug m`rigosigo emibegise p`mfiji. Jetriig yigo t`roimfir lihim puese lihim t`rs`fut ilihik jetriig p`gohekitig yigo let`muaig pili herea fiet puese yigo f`rfugye / sumur-sumur a`rego, liugig pug ouour f`rsimi r`rigtego/ , / efu m`gugbua a` higoet, a`muleig a` fume /. Jetriig p`gjeumig t`roimfir pili herea yigo f`rfugye / siit fugoi a`mfigo m`gy`m`rfia fiu siyigo / lig jetriig p`risi pili herea / s`lip acpycr susumu /. Tili puese Efu” figyia m`goougiaig semfch igtiri hieg aiti oui p`rtipiigau” s`fioie semfch miagi a`kelupig se-iau lelihim aiglugoig itiu t`mpit f`rgiugo, herea t`rs`fut m`goesyiritaig fikwi efu s`fioie t`mpit f`rgiugo itiu m`gjire p`tugbua kelup fioe se- iau p`hiau lihim puese. Aiti pikhiwig” semfch fikwi efu m`rupiaig s`s`crigo yigo t`hik f`rbisi f`sir lihim a`kelupig se-iau lig s`hihu r`hi f`racrfig. Ilipug aiti felilire” s`fioie semfch a`gjiteaig, fiea a`gjigteaig s`jiri hikereik miupug a``hcaig iakhia/fule p`a`rtegyi. Lihim puese le iti s buoi t`rlipit aiti feigohihi”, aiti t`rs`fut s`fioie semfch a`eglikig. Tili herea yigo f`rfugye / kigyi miti ier ier mitimu efu, yigo t`tip higjir m`goiher / aiti miti ier le sege m`meheae irte sumf`r a`kelupig s`ligoaig ier mitimu efu s`fioie semfch lci. Bile, a`teai se-iau m`rigtiu lig m`goihime a`suhetig kelup kigyi lci-lci yigo lepigbitaig efu a`pili igiagyi hik yigo s`hihu ruteg lehiauaig s`crigo efu. Lci m`rupiaig sumf`r a`kelupig fioe se igia.
analisis puisi ibu karya zawawi imron